Bingkai Nasional - Terkadang bagi orang-orang yang selalu berpikir kritis, muncul sebuah pertanyaan siapakah yang menciptakan Allah?

Hal itu adalah wajar, karena Allah SWT menciptakan akal bagi manusia untuk berpikir tentang apapun, termasuk tentang Tuhan dan eksistensinya.

Namun, bagi orang muslim pertanyaan seperti siapakah yang menciptakan Allah itu harus dihindari karena itu adalah salah satu bentuk hasutan dari setan.

Seperti yang tercantum dalam beberapa hadist,

"Dari Abu Hurairah radhiallahu Anhu, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: setan akan mendatangi seorang dari kalian lalu mengatakan siapa menciptakan ini, Siapa yang menciptakan ini, sehingga dia akan berkata Siapa yang menciptakan Tuhanmu, dan ketika dia menghinggapinya maka berlindunglah kepada Allah darinya Dan harus dia menyudahinya." (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)

"Dari Abu Hurairah radhiallahu Anhu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda manusia akan senantiasa bertanya sampai dikatakan ini adalah Allah yang menciptakan makhluk, lalu siapakah yang menciptakan Allah, dan barang siapa yang mendapatkan sedikit saja tentang hal ini maka katakanlah 'aku beriman kepada Allah'." (Hadits riwayat Muslim)

Baca Juga: Baca Sholawat Munjiyat dan Artinya Sekarang! Insya Allah Pertolongan Segera Datang

Siapakah Yang Menciptakan Allah?

Dilansir dari video yang diunggah Youtube Channel Islam Populer, menanggapi pertanyaan tentang Tuhan dan segala hal yang menyangkut eksistensinya tentu bukanlah perkara mudah dan gampang.

Dan sebagai orang yang beriman tentu kita sangat meyakini jika Allah SWT merupakan satu-satunya zat yang tidak terciptakan.

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa ada sebagian orang atau komunitas tertentu yang tidak mempercayai hal ini.

Misalnya orang-orang yang mengklaim diri sebagai anti agama, atau anti Tuhan.

Dimana dalam keyakinan mereka, Tuhan justru dipandang sebagai sesuatu yang tidak ada, atau dengan kata lain Tuhan bukanlah bersumber dari segala ciptaan.

Orang-orang tersebut bepikir sedemikan rupa tentu bukan tanpa alasan.

Karena bagi mereka ukuran sebuah kebenaran harus dilihat dari sejauh mana hal itu dapat dibuktikan secara materi, atau setidaknya dapat dibuktikan melalui pendekatan sains yang bisa diterima secara logis.