Hustle Culture dan Kesehatan Mental Gen Z, Ambisi Tinggi Mampu Habiskan Energi

photo author
- Sabtu, 31 Mei 2025 | 16:47 WIB
Ilustrasi Huslte Culture. Hustle Culture dan Kesehatan Mental Gen Z, Antara Ambisi dan Kehabisan Energi
Ilustrasi Huslte Culture. Hustle Culture dan Kesehatan Mental Gen Z, Antara Ambisi dan Kehabisan Energi

BINGKAINASIONAL.COM - Di era digital yang serba cepat, hustle culture menjadi simbol kebanggaan sekaligus tekanan, khususnya bagi Gen Z. Budaya kerja tanpa henti yang dipopulerkan media sosial mendorong semangat produktivitas ekstrem, namun berdampak serius pada kesehatan mental.

Gen Z, yang tumbuh dalam lingkungan serba cepat dan penuh tuntutan hasil instan, lebih rentan mengalami kelelahan secara fisik maupun emosional. Artikel ini membahas dampak hustle culture terhadap kesejahteraan psikologis Gen Z serta cara meresponsnya secara bijak.

Apa Itu Hustle Culture?

Hustle culture merujuk pada gaya hidup yang menekankan pentingnya bekerja keras secara terus-menerus tanpa mengenal lelah. Ungkapan ini banyak dikenal di kalangan anak muda profesional dan pelaku usaha, khususnya lewat konten-konten motivasi yang tersebar di media sosial seperti Instagram, TikTok, dan LinkedIn.

Di balik slogan seperti 'rise and grind' atau 'no days off', terdapat glorifikasi produktivitas yang mengaburkan batas antara kerja dan kehidupan pribadi. Dalam hustle culture, istirahat sering dianggap sebagai bentuk kemalasan, dan nilai seseorang diukur dari seberapa sibuk atau produktif ia terlihat.

Gen Z dan Tekanan untuk Sukses

Gen Z adalah generasi yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an generasi pertama yang tumbuh sepenuhnya di bawah bayang-bayang internet dan media sosial.

Mereka sangat terbiasa dengan paparan visual tentang kesuksesan, anak muda yang sukses membangun bisnis dari nol, influencer dengan gaya hidup glamor, atau mahasiswa yang memenangkan beasiswa bergengsi.

Di satu sisi, ini memberi inspirasi, tapi di sisi lain, menciptakan tekanan sosial luar biasa. Banyak dari mereka merasa harus selalu aktif, terus belajar, punya banyak side hustle, dan mencapai target hidup sebelum usia 30.

Fenomena FOMO (Fear of Missing Out) memperburuk keadaan. Melihat teman sebaya atau figur publik seolah-olah telah mencapai banyak hal bisa memunculkan rasa tertinggal, meskipun kenyataannya belum tentu demikian.

Akibatnya, banyak Gen Z yang terjebak dalam perlombaan tak terlihat untuk menjadi yang paling sibuk, paling sukses, dan paling produktif.

Psikolog klinis dari Universitas Indonesia, Anastasia Satriyo, menyatakan bahwa, ada tekanan tidak terlihat di kalangan anak muda untuk terus berprestasi, tapi mereka sering kali tidak diberi ruang untuk merasa lelah. Padahal burnout bisa sangat nyata dampaknya bagi kesehatan mental mereka.

Dampak Hustle Culture terhadap Kesehatan Mental

Kebiasaan bekerja tanpa jeda ini membawa dampak yang signifikan terhadap kondisi kesehatan mental. Gen Z mulai menunjukkan gejala kelelahan kronis (burnout), kecemasan, bahkan depresi, meskipun mereka masih berada di usia produktif awal.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Aria Gumilar

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X