Mental Health Awareness Cuma Gaya-Gayaan? Ini yang Jarang Dibahas di Baliknya

photo author
- Rabu, 16 April 2025 | 12:02 WIB
Mental Health Awareness Cuma Gaya-Gayaan? Ini yang Jarang Dibahas di Baliknya
Mental Health Awareness Cuma Gaya-Gayaan? Ini yang Jarang Dibahas di Baliknya



BINGKAINASIONAL.COM - Bicara soal mental health, semua orang sekarang ikut nyaut. Media sosial dipenuhi kampanye awareness, tagar kesehatan mental, hingga curhatan terbuka selebriti.

Tapi pertanyaannya seberapa dalam pemahaman kita soal mental health, awareness? Apakah benar kita makin terbuka, atau justru fomo saja menggunakan tagar kesehatan mental?

Tren mental health awareness memang naik drastis di beberapa tahun kebelakang, namun tetap stigma tentang kesehatan mental masih banyak terjadi di lingkungan kita.

Baca Juga: Overthinking Bukan Cuma Kebanyakan Mikir, Kenali Tanda dan Cara Mengendalikannya

Banyak yang paham pentingnya menjaga mental, tapi tetap merasa canggung ketika bertemu orang dengan gangguan psikologis yang nyata.

Mental health awareness bisa jadi pedang bermata dua. dapat menjadi positif dengan keterbukaan atau justru sebaliknya, bisa menciptakan romantisme bahkan memperkuat stigma secara halus.

Dalam jurnal The Public Stigma of Mental Illness (Pescosolido, 2013), dijelaskan bahwa stigma yang muncul akhir-akhir ini lebih lembut dibandingkan dulu, namun tetap berbahaya ya.

Baca Juga: Penting untuk Ibu Hamil, Ternyata Pemeriksaan USG Ada Jenis-Jenisnya Lho!

Salah satu contohnya, orang bilang "gue support mental health", tapi masih menolak kerja bareng orang yang punya riwayat gangguan mental.

Masalahnya, kampanye awareness sering kali hanya fokus pada “penerimaan umum” tanpa menyentuh isu struktural yang lebih mendalam seperti sulitnya akses ke layanan, mahalnya terapi, dan diskriminasi di dunia kerja. Hal-hal seperti ini masih jauh dalam obrolan sehari-hari.

Banyak pula yang menggunakan narasi mental health untuk konten semata. Video tentang "anxiety aesthetic", curhat toxic relationship yang dramatis, hingga self-diagnose lewat kuis Instagram. Bukannya bantu, malah bisa memperkeruh.

Baca Juga: Tahukah Anda, Bahwa USG Ada Kepanjangannya? Begini Penjelasannya!

Menurut Corrigan & Watson (2002), stigma dibedakn menjadi tiga, pandangan orang lain, pandangan negatif terhadap diri sendiri dan dampak label sosial terhadap identitas seseorang.

Semua hal tersebut dapat merusak diri serta mental bahkan lebih buruknya dapat berpotensi merusak skenario pemulihan penderita kesehatan mental.

Ironisnya, makin banyak orang bicara soal kesehatan mental, makin banyak pula kasus pengucilan atau judgment di sekitar kita.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Abnu Malik

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X