3. Emosi lebih sering meledak atau justru dipendam
4. Percakapan terasa seperti rutinitas, bukan sebagai bentuk kedekatan
Jika salah satu atau beberapa hal ini terasa familiar, tidak perlu panik. Yang terpenting adalah menyadari dan mulai memperbaiki secara bertahap.
Langkah Sederhana yang Bisa Dicoba
1. Mulai dari diri sendiri. Latih kepekaan untuk mengenali perasaan pribadi. Kadang, kemarahan terhadap pasangan berasal dari tekanan yang dibawa dari luar.
2. Ungkapkan perasaan, bukan menyalahkan. Psikolog keluarga Nadya Pramesrani menyarankan untuk menyampaikan emosi dengan cara yang membangun, misalnya mengatakan, "Aku merasa sedih karena merasa sendirian" daripada menyalahkan dengan kalimat seperti "Kamu nggak peduli" (Pramesrani, 2019).
3. Luangkan waktu tanpa distraksi. Duduk bersama tanpa gawai, meskipun hanya 10 menit, bisa membuka ruang komunikasi yang lebih jujur.
4. Belajar mendengar tanpa mengoreksi. Kadang yang dibutuhkan bukanlah solusi, tetapi kehadiran yang penuh empati.
Pramesrani juga menekankan pentingnya mendengarkan dengan empati sebagai bentuk kehadiran yang sejati dalam relasi.
Komunikasi emosional bukan keterampilan yang muncul secara instan. Perlu latihan dan kesadaran diri untuk mengasahnya. Meski pada awalnya terasa canggung, upaya kecil ini bisa membuka jalan menuju hubungan keluarga yang lebih jujur, dalam, dan hangat.
Karena rumah seharusnya bukan hanya tempat pulang, tapi juga tempat merasa dipahami. Dan semua itu dimulai dari cara kita berbicara dan mendengarkan satu sama lain.***
Artikel Terkait
Spesifikasi Meizu Mblu 21, HP Murah Harga Rp 1 Jutaan
Deretan Pemain Asing yang Langsung Bawa Timnya Juara pada Musim Debutnya di Liga 1
Emmanuel Macron Dibuat Takjub oleh Candi Borobudur, Langsung Sepakati Kerja Sama dengan Indonesia
Menyoroti Kelengkapan Tenda Istirahat Jemaah Haji di Arafah, Kemenag Minta Penataan Kasur Diperbaiki
Ini Daftar Pemain yang Diincar Persib untuk Menatap Liga 1 dan Kompetisi Asia Musim Depan