Blak-Blakan Aisar Sebut Indoneia Tempat Cocok untuk Ngonten: Banyak Oang Susah!

photo author
- Senin, 26 Mei 2025 | 15:20 WIB
Aisar Blak-Blakan Sebut di Indonesia Cocok Buat Konten Karena Banyak Orang Susah (Tangkapan Layar YouTube)
Aisar Blak-Blakan Sebut di Indonesia Cocok Buat Konten Karena Banyak Orang Susah (Tangkapan Layar YouTube)

 

BINGKAI NASIONAL - Aisar secara blak-blakan menyebut bahwa Indonesia adalah tempat yang cocok untuk membuat konten sosial karena banyaknya masyarakat yang hidup dalam kesulitan ekonomi.

Pada salah satu episode podcast CURHAT BANG yang dipandu oleh Denny Sumargo, YouTuber asal Malaysia, Aisar Khaled, menyampaikan pernyataan yang memicu reaksi beragam dari warganet Indonesia.

“Karena di Malaysia susah cari orang yang betul-betul susah. Ada orang susah, tetapi yang benar-benar susah itu tak ramai,” ucap Aisar saat menjelaskan pengalamannya membandingkan realitas sosial di dua negara.

Denny Sumargo, yang dikenal dengan gaya kritis namun santai, menimpali, “Di Indonesia lebih banyak maksudnya orang susah?”

Aisar pun menegaskan kembali pendapatnya. “Betul, ini saya cerita realita. Karena apa? Orang Indonesia banyak orang susah,” ujarnya.

Ia kemudian menambahkan argumennya dengan menyebut bahwa populasi Indonesia yang sangat besar mendekati 300 juta jiwa membuat kondisi ketimpangan sosial lebih terlihat di ruang publik.

“Contoh, di tepi-tepi jalan banyak gerobak-gerobak. Di Malaysia mana ada gerobak, bro,” katanya lagi. Dikutip dari unggahan akun YouTube CURHAT BANG Denny Sumargo pada Senin, 26 Mei 2025.

Pernyataan ini sontak menimbulkan reaksi beragam. Sebagian warganet menganggap pernyataan Aisar sebagai cerminan kenyataan yang memang tak bisa dipungkiri. Mereka menilai bahwa fenomena kemiskinan di Indonesia memang kasat mata, terutama di kota-kota besar.

Namun, tak sedikit pula yang mengecam Aisar karena merasa kontennya mengeksploitasi kemiskinan, bukan semata-mata untuk berbagi atau membantu, melainkan untuk keuntungan pribadi melalui konten viral.

Beberapa pihak juga mempertanyakan etika di balik konten-konten semacam itu. Ketika kamera menyorot wajah orang-orang yang sedang kesusahan, apakah mereka benar-benar mendapatkan manfaat atau hanya menjadi 'objek tontonan'?

Diskusi tentang batas antara empati dan eksploitasi dalam dunia konten digital pun kembali mencuat.

Konten sosial yang menyentuh kehidupan masyarakat kecil memang tengah marak di platform seperti YouTube dan TikTok.

Namun, pertanyaan yang selalu muncul adalah, apakah niat di baliknya murni untuk membantu, atau justru memanfaatkan penderitaan orang lain demi kepopuleran?

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Abdul Mugni

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X