Trauma Psikologis Anak Akibat Menyaksikan Kekerasan dalam Rumah Tangga

photo author
- Sabtu, 24 Mei 2025 | 16:24 WIB
Ilustrasi Anak Trauma. Trauma Psikologis Anak Akibat Menyaksikan Kekerasan dalam Rumah Tangga
Ilustrasi Anak Trauma. Trauma Psikologis Anak Akibat Menyaksikan Kekerasan dalam Rumah Tangga

BINGKAINASIONAL.COM - Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) bukan hanya persoalan antara pelaku dan korban utama. Anak-anak yang menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga juga dapat mengalami dampak psikologis serius seperti trauma, meskipun mereka tidak menjadi target langsung.

Menyaksikan kekerasan, baik secara fisik, verbal, maupun emosional, menempatkan anak dalam posisi rentan secara psikologis. Mereka dapat mengalami ketakutan, kebingungan, dan trauma yang berpotensi terbawa hingga dewasa.

Dampak Psikologis yang Ditimbulkan

Anak yang tumbuh di lingkungan penuh kekerasan cenderung mengalami berbagai gangguan emosi, seperti kecemasan berlebih, rasa tidak aman, gangguan tidur, dan ketegangan kronis. Gejala depresi, penarikan diri dari lingkungan sosial, dan penurunan prestasi belajar juga kerap ditemukan.

Baca Juga: Spesifikasi Nubia Neo 3 GT, HP Gaming Harga Terjangkau

Dalam jangka panjang, anak yang terus-menerus menyaksikan kekerasan berisiko mengembangkan pola hubungan yang tidak sehat. Mereka bisa mengalami kesulitan mempercayai orang lain, bahkan meniru perilaku agresif dalam hubungan sosial maupun keluarga di masa depan.

Menurut Sarlito W. Sarwono dalam Psikologi Remaja (2013), paparan kekerasan dalam keluarga dapat mengganggu perkembangan emosional anak, terutama dalam regulasi emosi dan kemampuan membangun hubungan sosial yang sehat.

Faktor yang Memperparah Trauma

Beragam faktor dapat memengaruhi seberapa besar tingkat trauma yang dialami oleh anak, diantaranya ialah :

Baca Juga: Ketidakstabilan Finansial Jadi Ancaman Nyata bagi Kesehatan Mental, Begini Cara Mengatasinya

1. Usia anak saat kejadian
Anak yang masih kecil belum mampu memahami situasi secara rasional, sehingga lebih mudah merasa bersalah dan tertekan.

2. Durasi dan intensitas kekerasan
Semakin sering dan parah kekerasan yang dialami, maka semakin dalam pula dampak psikologis yang tertinggal.

3. Hubungan dengan pelaku dan korban
Jika pelaku adalah orang tua atau sosok pelindung, anak bisa mengalami konflik emosional yang dalam antara rasa cinta dan rasa takut.

Baca Juga: Komnas HAM Soroti Pelibatan Sipil dalam Insiden Ledakan Amunisi di Garut, TNI AD Beri Penjelasan

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Aria Gumilar

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X