Bingkai Nasional - Kata Agama yang sudah umum dipakai dalam bahasa Indonesia, adalah berasal dari bahasa sansakerta yang dalam bahasa Indonesia berarti peraturan.
Disamping itu kata Agama dalam bahasa sansakerta itu asalnya terdiri dari dua suku kata, yaitu “a” yang berarti tidak, dan suku “Gama” yang berarti kacau.
Jadi Agama adalah tidak “kacau”. Kalimat yang sama artinya dengan Agama, adalah ”Religio” (bahasa latin), yang dalam bahasa barat sekarang disebut Religio atau Religious, dan dalam bahasa Arab disebut Ad-Din.
Namun demikian antara Agama dalam bahasa sansakerta dan Religio dalam bahasa latin terdapat perbedaan-perbedaan dengan pengertian kata Ad-Din dalam bahasa Arab.
Dengan keterangan diatas Religio itu adalah ibarat suatu organisasi atau peraturan yang terdiri dari tiga bagian.
Yaitu yang pertama untuk mematahkan manusia mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang perlu dilakukannya untuk keperluan masyarakat.
Ini sama dengan perundang-undangan negeri, dimana setiap warga Negara harus melepaskan kemerdekaannya untuk kepentingan warga negaranya.
Baca Juga: Mirip Dengan Islam, Agama Ini Juga Percaya Bahwa Tuhan Itu Satu
Kedua, ikatan manusia dengan manusia dalam arti yang luas. Dan ketiga, mengikuti manusia dengan Tuhan. Ini yang dari definisi Religio atau Barat.
Apabila kita lihat segi Ketuhanan yang terkandung dalam kalimat “Religio” hampir sama dengan Ke-Tuhanan yang terkandung dalam kalimat “Agama” dalam bahasa sansakerta, yaitu sama-sama bukan Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.
Di sinilah terdapat perpisahan antara “Agama” dalam bahasa sansakerta dan “Religio” dalam bahasa latin disatu pihak, serta Ad-Din, Agama menurut term Islam dilain pihak.
Apabila mengkaji Ad-Din dalam ayat-ayat Al-Qur’an, dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa perkataan Ad-Din mengandung empat makna, yang mana keempatnya saling terjalin erat dan tak akan terpisahkan antara makna yang satu dengan makna yang lain saling menjelaskan.
Sehingga, empat makna itu menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Keempat makna itu adalah:
Pertama, Ad-Din bermakna kekuasaan yang maha mutlak, yaitu kekuasaan Allah secara mutlak yang harus dipatuhi ditaati oleh makhlukNya, baik yang berada di langit maupun bumi, sukarela maupun terpaksa. Firman Allah SWT: dijelaskan di (QS. Ali Imran: 83).
Kedua, A-Din berarti penyerahan diri secara total dari pihak yang lemah kepada pihak yang berkuasa mutlak yakni supaya manusia menyembah secara ikhlas dan murni kepada Allah SWT. Serta tunduk dan pasrah kepadaNya. Firman Allah SWT. (QS. Azzumar: 11-12).
Artikel Terkait
Mengenal Ibnu Sina dan Pengembagan Sains Di Bidang Fisika
Memahami Cabang Ilmu Biologi Secara Spesifik
Mengenal Prodi Data Sains dan Prospek Kerjanya yang Luas
Perlukah Kita Belajar dan Memahami Ilmu Sosial di Zaman Modern?