Baca Juga: Apple Resmi Meluncurkan iPad Air M3, Segini Harga dan Spesifikasinya
Misalnya, kasus flexing di Instagram yang memicu reaksi negatif netizen setelah terbongkar bahwa barang-barang yang dipamerkan hasil dari korupsi atau bukan milik pribadi.
Selain itu, beberapa selebgram mengaku mengalami tekanan mental akibat harus selalu terlihat bahagia dan sukses di depan kamera.
Hal ini menunjukkan bahwa budaya flexing bukan sekadar gaya hidup, tapi juga gejala sosial yang menyimpan risiko psikologis.
Hidup Autentik Lebih Menenangkan
Tidak ada yang salah dengan berbagi momen bahagia di media sosial. Namun penting untuk menyadari motif di baliknya, Apakah untuk menginspirasi, atau semata ingin dikagumi?
Tips menjaga kesehatan mental di tengah budaya pamer:
1. Kurangi waktu konsumsi media sosial jika mulai merasa minder
2. Ikuti akun yang membagikan konten realistis, bukan sekadar pencitraan
3. Fokus pada proses hidup, bukan pada validasi eksternal
3. Rajinlah melakukan introspeksi dan hargai setiap hal kecil yang sudah dimiliki.
Gaya hidup pamer tampak menarik di layar, tapi bisa merusak kesehatan mental karena hidup lebih fokus pada impresi daripada esensi, sehingga menimbulkan stres.
Baik sebagai pengguna maupun penikmat media sosial, penting untuk bersikap bijaksana dan jujur pada diri sendiri, sebab ketenangan batin yang sejati jauh lebih berarti dibandingkan popularitas semu di dunia digital.***
Artikel Terkait
Seri Lebih Murah dari Flagship Killer, Intip Kelebihan dari Realme GT 7T
KI Soroti Nilai Ekologis Raja Ampat yang Berdampak Besar secara Global Jika Dirusak
Rumor Transfer Persib Bandung, 10 Nama Ini dalam Pantauan Bojan Hodak
5 Cara Cegah Depresi pada Remaja, Peran Orang Tua Sangat Menentukan
11 Manfaat Lidah Buaya untuk Kulit dan Kecantikan, Solusi Alami yang Wajib Dicoba