BINGKAINASIONAL.COM - Di era media sosial, flexing sudah lumrah demi validasi, namun di balik kesan bahagia, gaya hidup ini bisa memicu stres, cemas dan gangguan mental baik bagi pelaku maupun pengikutnya.
Bagi pelaku flexing, tampil mewah di media sosial bisa menjadi beban psikologis karena harus terus mempertahankan citra yang tak selalu sesuai kenyataan.
Menurut Andi Subhan Amir dkk, tekanan untuk tampil sempurna di media sosial dapat memicu stres, cemas, dan depresi, terutama pada remaja dan anak muda.
Baca Juga: Lisa Mariana Berhijab, Awal Hijrah atau Sekadar Gaya?
Fenomena ini disebut sebagai self-presentation pressure, yakni tekanan untuk menampilkan diri secara ideal yang akhirnya melelahkan secara emosional.
Dampaknya bagi Pengikut, Minder dan FOMO
Bagi penonton pasif, melihat unggahan penuh kemewahan bisa memicu efek psikologis seperti:
1. Insecurity: Merasa hidup sendiri tak cukup baik
Baca Juga: Direktur PT Gag Nikel Menanggapi Soal Tambang Serta Tuduhan Perusakan Lingkungan
2. Perbandingan sosial: Cenderung terus membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
3. FOMO (Fear of Missing Out): Merasa tertinggal atau tak ikut tren
Menurut Yustina Ngatini, remaja sering membandingkan diri dengan unggahan di media sosial, yang dapat menimbulkan ketidakpuasan, rendah diri, dan kecemasan.
Kasus Nyata, Flexing yang Jadi Bumerang
Beberapa figur publik Indonesia pernah disorot karena gaya hidup mewah mereka ternyata tidak sejalan dengan kondisi nyata.
Artikel Terkait
Seri Lebih Murah dari Flagship Killer, Intip Kelebihan dari Realme GT 7T
KI Soroti Nilai Ekologis Raja Ampat yang Berdampak Besar secara Global Jika Dirusak
Rumor Transfer Persib Bandung, 10 Nama Ini dalam Pantauan Bojan Hodak
5 Cara Cegah Depresi pada Remaja, Peran Orang Tua Sangat Menentukan
11 Manfaat Lidah Buaya untuk Kulit dan Kecantikan, Solusi Alami yang Wajib Dicoba