BINGKAINASIONAL.COM - Media sosial kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan remaja. Selain berbagi aktivitas, mereka kerap membandingkan diri dengan orang lain, yang dapat memicu kecemasan, FOMO, dan citra diri negatif. Terapi Kognitif Perilaku (CBT) merupakan pendekatan psikologis yang efektif untuk mengatasi masalah ini.
Media sosial memang menawarkan koneksi dan hiburan, tetapi juga membawa tekanan mental yang tidak kecil. Di sinilah Terapi Kognitif Perilaku (Cognitive Behavioral Therapy/CBT) hadir sebagai pendekatan psikologis yang efektif untuk membantu remaja menghadapi tantangan ini secara sehat dan konstruktif.
Apa Itu CBT?
CBT berfokus pada bagaimana pikiran memengaruhi perasaan dan perilaku. Dengan mengenali dan mengubah pola pikir yang tidak rasional atau menyimpang, seseorang dapat memperbaiki respons emosional dan perilaku terhadap situasi tertentu.
Menurut Triantoro Safaria dalam bukunya Terapi Kognitif-Perilaku untuk Anak (2009), CBT bertujuan membantu individu mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengubah pola pikir negatif dan keyakinan irasional yang menyebabkan gangguan emosi dan perilaku.
Pendekatan ini sangat relevan diterapkan pada remaja, terutama dalam menghadapi tekanan sosial dari dunia digital.
FOMO dan Perbandingan Sosial
Salah satu tantangan besar yang dihadapi remaja adalah perasaan bahwa hidup mereka tidak sebaik yang terlihat di media sosial. Unggahan tentang liburan, pencapaian akademik, atau kehidupan sosial bisa menimbulkan rasa tidak cukup dan cemas karena merasa tertinggal.
Dalam CBT, distorsi kognitif seperti overgeneralization (menggeneralisasi dari satu pengalaman) atau catastrophizing (membesar-besarkan kemungkinan terburuk) dikenali dan dilawan dengan pikiran alternatif yang lebih realistis.
Remaja dilatih untuk bertanya pada diri sendiri, seperti
"Apakah aku mengukur nilai diriku hanya berdasarkan satu unggahan dari orang lain?" atau “Apakah semua orang sungguh selalu bahagia seperti yang tampak di media?”
Citra Tubuh dan Kepercayaan Diri
Citra tubuh (body image) menjadi persoalan besar di era digital, di mana standar kecantikan sering kali tidak realistis. Filter, editan, dan unggahan yang sempurna kerap membuat remaja merasa tidak cukup.
Dalam buku Psikologi Perkembangan Peserta Didik oleh Desmita (2009), dijelaskan bahwa masa remaja adalah periode sensitif terhadap perubahan fisik dan pencarian identitas. Ketika remaja merasa tidak memenuhi standar tersebut, mereka rentan mengalami stres bahkan depresi.
CBT mengarahkan perhatian pada kekuatan diri yang objektif dan membangun penerimaan diri. Pikiran seperti “Aku harus sempurna” bisa diubah menjadi, “Aku punya banyak kualitas positif yang tidak tergantung dari penampilan.”
Artikel Terkait
Atasi Overthinking dengan CBT, Solusi Ampuh Masalah Kesehatan Mental
Batas Usia dalam Aturan Baru Menaker Tidak Sepenuhnya Dihapus
'Bapak Aing' Naik Pitam Langsung Marahi Pendukung Persikas di Atas Panggung, Begini Penjelasannya
Redmi 14C: Salah Satu Rekomendasi Terbaik HP Murah Terbaru 2025
Dampingi Emmanuel Macron Kunjungan ke Candi Borobudur, Prabowo Banggakan Mahakarya Peradaban