Bingkai Nasional - Kisah tentang kebijaksanaan dan keikhlasan sahabat Ali bin Abi Thalib, Karamallahu Wajhah, dalam menghadapi ujian kemarahan memberikan pelajaran berharga bagi kaum Muslimin.
Riwayat peristiwa peperangan menunjukkan bagaimana keikhlasan dapat menjadi wasilah hidayah bagi orang lain, bahkan di saat melawan provokasi yang memicu amarah.
Pada suatu episode perang, Ali bin Abi Thalib hendak memenggal kepala musuhnya.
Baca Juga: Hindun binti Utbah: Kisah Emansipasi Wanita Pada Zaman Rasulullah
Namun, tindakannya tertunda karena musuh meludahinya.
Ketika ditanya mengapa tidak melanjutkan tindakan, Ali menjawab dengan tulus, "Ketika aku hendak membunuhmu, itu untuk Allah. Tapi ketika engkau meludahiku, niatku berubah menjadi marah padamu."
Keikhlasan Ali bin Abi Thalib menciptakan jalan hidayah bagi musuhnya yang akhirnya memeluk Islam.
Kisah ini menjadi tauladan bagi umat Islam dalam menghadapi ujian dan cobaan.
Keikhlasan dan penahanan diri dari amarah menjadi kunci utama agar niat terjaga karena Allah.
Saat berhadapan dengan berbagai ujian hidup, kebijaksanaan dan ketenangan jiwa perlu diterapkan agar dapat menjaga kesucian niat.
Dari perspektif psikologis, marah dijelaskan sebagai ekspresi emosional yang dapat berujung pada perilaku buruk.
Baca Juga: Membangun Dunia yang Toleran: Pelajaran dari Sikap Umar bin Khattab terhadap Agama Lain
Dalam Islam, pemahaman ini menjadi lebih dalam, di mana marah yang tidak terkendali dapat merusak akhlak karimah.
Baginda Rasulullah memberikan isyarat kepada umatnya untuk mengatasi kemarahan.
Artikel Terkait
Pentingnya Penanaman Akhlak Yang Baik Pada Ranah Anak Zaman Sekarang!
Ceramah Ustadz Abdul Somad: 5 Cara Bersyukur Nikmat Allah
Ceramah Singkat Ustadz Abdul Somad: 5 Tanda Tanda Akhir Zaman
Karya-Karya Tulisan Mengagumkan Dari Tokoh Filusuf Ibnu Arabi Yang Bisa Kalian Ketahui
Kisah Tobat Seorang Pemuda Penggali Kubur di Madinah Setelah Menggauli Mayat Wanita Sholehah