Isyarat pertama adalah membaca kalimat ta'awudz sebagai cara untuk meredakan kemarahan.
Isyarat kedua menyarankan untuk diam dan menjaga lisan saat marah, mengingat betapa berbahayanya kata-kata yang keluar dari amarah.
Isyarat ketiga adalah mengambil posisi lebih rendah, menahan diri untuk tidak selalu ingin lebih tinggi dari orang lain.
Isyarat keempat adalah menahan amarah sebagai tanda kekuatan jiwa dan akal.
Isyarat kelima adalah berwudhu, karena marah dianggap datang dari setan yang diciptakan dari api.
Dalam pandangan lain, keputusan yang diambil dalam keadaan marah dapat mengakibatkan kerusakan besar bagi banyak orang.
Orang yang tidak dapat mengendalikan amarahnya cenderung membuat keputusan berdasarkan emosi, tanpa mempertimbangkan kemaslahatan umum.
Baca Juga: Apa yang Dilarang oleh Allah SWT? Inilah 24 Perintah dan Larangan dari Allah SWT dalam Al-Quran
Beberapa tokoh terkenal seperti Albert Einstein, Robert Green Ingersoll, dan Mark Twain menyatakan bahwa kemarahan yang tidak terkendali ibarat membuang sampah di depan umum, menyebabkan kerusakan dan merusak pikiran.
Mahatma Gandhi juga menekankan bahwa kemarahan adalah musuh anti-kekerasan dan kesombongan.
Maka, mengontrol kemarahan bukan hanya tugas pribadi, tetapi juga tanggung jawab umat Islam.
Dengan mengambil teladan dari sahabat Ali bin Abi Thalib, kita dapat belajar bahwa keikhlasan dan penahanan diri dari amarah adalah kunci untuk memelihara niat yang tulus karena Allah.
Dalam menghadapi ujian hidup, menjaga kebersihan hati dan akal merupakan langkah penting untuk menjaga keutuhan diri dan membawa hidayah kepada orang lain.***
(Dr.H.Dudy Imanuddin Effendi, M.Ag)
Artikel Terkait
Pentingnya Penanaman Akhlak Yang Baik Pada Ranah Anak Zaman Sekarang!
Ceramah Ustadz Abdul Somad: 5 Cara Bersyukur Nikmat Allah
Ceramah Singkat Ustadz Abdul Somad: 5 Tanda Tanda Akhir Zaman
Karya-Karya Tulisan Mengagumkan Dari Tokoh Filusuf Ibnu Arabi Yang Bisa Kalian Ketahui
Kisah Tobat Seorang Pemuda Penggali Kubur di Madinah Setelah Menggauli Mayat Wanita Sholehah