Bingkai Nasional - KTT ASEAN ke-42 sedang berlangsung di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, dan dijadwalkan berlangsung selama tiga hari hingga Kamis, 11 Mei 2023. Delegasi dari negara-negara anggota ASEAN telah tiba di NTT, dan pemerintah Indonesia telah menyiapkan segala bentuk akomodasi untuk menerima tamu delegasi.
Namun, beredar kabar bahwa salah satu kepala negara KTT ASEAN enggan menginap di NTT dan lebih memilih untuk menginap di Bali dan hanya bolak-balik ke Labuan Bajo selama kegiatan berlangsung.
Baca Juga: Visi ASEAN Pasca 2025, Akan Dibahas dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
Kabar tersebut menyebutkan bahwa alasan di balik keengganannya adalah karena keberadaan Suanggi.
Suanggi adalah istilah yang dikaitkan dengan ilmu hitam yang digunakan oleh seorang dukun untuk membunuh atau menyusahkan orang lain. Suanggi diyakini sebagai hantu yang berasal dari Papua dan mampu berubah wujud menjadi berbagai jenis binatang, termasuk cicak. Menurut mitos yang berkembang, suanggi adalah manusia biasa yang melakukan ilmu hitam dan memakan daging manusia untuk memperkuat sihirnya.
Dalam melakukan aksinya, suanggi biasanya membunuh korban secara berkelompok dan menggunakan dua metode, yaitu santet dan serangan langsung. Namun, setelah dilakukan penelusuran oleh TribunJakarta.com, ternyata alasan delegasi KTT ASEAN yang memilih menginap di Bali adalah karena pilihan mereka sendiri, bukan karena takut dengan Suanggi.
Baca Juga: Turut Serta Dalam KTT G20, KlikDokter Berusaha Wujudkan Layanan Kesehatan yang Merata
Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin menjelaskan bahwa delegasi negara tersebut memilih untuk menginap di Bali, dan bukan karena kamar hotel di NTT telah penuh. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki fasilitas akomodasi yang siap untuk menerima tamu mancanegara dan memiliki konektivitas yang baik antar daerah dan antar pulau, termasuk landasan di bandara yang dapat digunakan oleh pesawat bermesin jet.
Kabar mengenai keengganan delegasi KTT ASEAN untuk menginap di NTT karena Suanggi sebaiknya tidak dipercaya begitu saja tanpa adanya penelitian yang akurat. Jangan mudah terpengaruh oleh mitos dan cerita yang tidak berdasar. Sebagai masyarakat yang cerdas, kita harus mampu membedakan antara fakta dan mitos, dan tidak mudah terpancing oleh berita hoaks. ***
( Silvi Ana Dewi )
Artikel Terkait
Banyak Pemimpin Tidak Hadir di KTT G20 Indonesia. Menlu Retno: Its Okay!
Turut Serta Dalam KTT G20, KlikDokter Berusaha Wujudkan Layanan Kesehatan yang Merata
Visi ASEAN Pasca 2025, Akan Dibahas dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)