Bingkai Nasional - Ibnu Qayyim adalah nama panggilannya, sedangkan nama lengkapnya Abu Abdullah Syamsuddin Muhammad bin Abu Bakar bin Ayyub bin Sa’ad bin Hariz al-Zar’i.
Ia ini sangat terkenal dikalangan umat Islam, jasa-jasanya juga sangat besar bagi perkembangan Islam, lewat beberapa karyanya yang banyak, dengan produktifitas yang ia miliki dalam menulis.
Ibnu Qayyim sangat disiplin dalam mengatur waktunya, ia juga sangat rajin membaca buku dengan berbagai macam buku yang ia miliki.
Ibnu Qayyim juga mempunyai perpustakaan pribadi dalam rumahnya, ini kenapa kita patut meneladani beliau kalau ingin menjadi seorang penulis yang produktif.
Bagi kalian yang ingin menjadi penulis yang sangat produktif diharapkan belajar kepada Ulama’ satu ini, karena sudah tidak diragukan lagi dengan berbagai karya yang ia miliki sampai saat ini.
Perpustakaan yang ia miliki banyak terdapat berbagai buku, jadi karya-karya yang dihasilkan Ibnu Qayyim ini kaya akan refrensi yang ia buat bahan karyanya untuk menulis.
Baca Juga: Ibnu Miskawaih: Pandangannya Tentang Akhlak
Syekh Abu Bakar Zaid pernah juga sempat menghitung banyaknya karya dari Ibnu Qayyim, dengan hasil jumlah yang ia teliti sekitar 596 karya, itu pun hanya yang tercetak saja. (Al-Kaafiyah Al-Syaafi’iyah).
Kita bisa belajar dari beliau, dengan berbagai caranya beliau menghasilkan karya yang cukup banyak, didasari dari banyaknya beliau dalam baca buku yang dibuat refrensi pengetahuan sebelum menulis karya.
Dunia sekarang adalah masa dimana jejak digital sangatlah dibutuhkan untuk perang pikiran dengan mereka yang mau menghancurkan pengetahuan yang benar diganti ke pengetahuan yang salah.
Maka perlulah kita meneruskan berbagai perjalanan beliau dalam menjadi Ulama’ yang produktif dalam menulis karya.
Karena dengan meneruskan estafet pengetahuan yang direkam dalam jejak digital kita bisa sedikit banyak mempertahankan pengetahuan informasi yang baik yang beliau contohkan.
Di zaman sekarang yang serba media ini, karya tulisan tidak kalah bagusnya dibandingkan senjata untuk kita perang.
Karena kalau kita berani nulis kita akan mencerdaskan para pembaca, dengan maksud untuk kebaikan mencatat sejarah, sehingga sejarah tidak akan hilang ditelan masa modern yang semakin berkembang.
Sayyid Qutub pernah berkata, “Satu peluru hanya menembus satu kepala, tapi satu telunjuk (tulisan) sanggup menembus jutaan kepala”.
Artikel Terkait
Mengenal Ibnu Sina dan Pengembagan Sains Di Bidang Fisika
Biografi Ibnu Sina: Bapak Kedokteran Dunia
Kehidupan Buya Hamka: Seorang Sastrawan Indonesia
Jalaluddin Rumi: Quotes Cinta-Nya Yang Dalam
Zainab Binti Ali: Panglima Perang (Singa Wanita Dari Karbala)