4. Mengakses bantuan profesional:
Gunakan layanan konseling kampus atau tenaga kesehatan mental jika tekanan terasa berat.
5. Menjaga keseimbangan hidup:
Sempatkan waktu untuk olahraga ringan, tidur cukup, dan melakukan hobi sebagai bentuk self-care.
Baca Juga: Persib Berlaga Bobotoh Bersorak! Fakta Unik Dibalik Sorakan di Tribun Bisa Jadi Terapi Ampuh
Dalam buku Manajemen Stres Mahasiswa oleh Nurul Aini (2019), disebutkan bahwa keterampilan manajemen waktu, komunikasi asertif, dan penerimaan diri merupakan tiga kunci penting dalam membangun resiliensi psikologis di tengah tekanan akademik.
Peran Kampus dan Lingkungan
Institusi pendidikan memegang peran penting dalam mendukung kesehatan mental mahasiswa. Layanan konseling yang mudah diakses, pembimbing akademik yang empatik, serta lingkungan kampus yang suportif dapat menjadi pelindung penting dari tekanan berlebihan.
Selain itu, edukasi mengenai kesehatan mental dan upaya menghapus stigma terhadap gangguan psikologis harus menjadi bagian dari budaya akademik.
Kesehatan Mental adalah Hak Mahasiswa
Skripsi seharusnya menjadi proses pembelajaran, bukan sumber penderitaan. Menyadari bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan pencapaian akademik adalah langkah awal menuju proses skripsi yang lebih sehat dan manusiawi.
Jika kamu sedang menjalani skripsi dan merasa kewalahan, ingatlah bahwa kamu tidak sendiri. Berani meminta bantuan adalah bentuk kekuatan, bukan kelemahan.***
Artikel Terkait
Persib Berlaga Bobotoh Bersorak! Fakta Unik Dibalik Sorakan di Tribun Bisa Jadi Terapi Ampuh
Terapi Berbasis Game dan VR Therapy, Solusi Inovatif untuk Kesehatan Mental Masa Kini
Rahasia Orang Hebat: Strategi Agar Mimpi Tetap Menyala Meski Dihujani Tekanan Hidup
Ketidakstabilan Finansial Jadi Ancaman Nyata bagi Kesehatan Mental, Begini Cara Mengatasinya
Trauma Psikologis Anak Akibat Menyaksikan Kekerasan dalam Rumah Tangga