BINGKAINASIONAL.COM - Mahasiswa akhir pastinya bakal dihadapkan dengan skripsi atau tugas akhir. Sedikit lagi kalau sudah masuk skripsi tandanya impian untuk wisuda dan menyabet gelar sarjana akan segera tercapai.
Namun di balik tugas akhir ini, tersembunyi tekanan yang kerap berdampak signifikan terhadap kesehatan mental.
Tak sedikit mahasiswa tingkat akhir yang mengalami tekanan spikologis karena stres, cemas, hingga kehilangan motivasi akibat beban pada tumpukan bab dalam skripsi.
Baca Juga: Trauma Psikologis Anak Akibat Menyaksikan Kekerasan dalam Rumah Tangga
Sumber Tekanan, Bukan Sekadar Tugas Akademik
Menyelesaikan skripsi bukan hanya soal menyusun teori dan data. Di baliknya terdapat tekanan akademik yang besar, batas waktu yang sangat menuntut, serta harapan dari dosen, keluarga, dan juga diri sendiri.
Banyak mahasiswa juga harus membagi waktu antara skripsi, kerja sambilan, dan tanggung jawab keluarga.
Tak jarang, kurangnya dukungan dari dosen pembimbing atau birokrasi kampus yang berbelit justru memperburuk keadaan.
Baca Juga: Ketidakstabilan Finansial Jadi Ancaman Nyata bagi Kesehatan Mental, Begini Cara Mengatasinya
Selain itu, mahasiswa tingkat akhir kerap dihadapkan pada ketidakpastian masa depan yakni apakah akan langsung mendapat pekerjaan, melanjutkan studi, atau menghadapi tantangan lain di dunia nyata. Kekhawatiran ini memperbesar tekanan mental yang dirasakan selama masa skripsi.
Seperti yang diungkapkan oleh Ika Putri dalam bukunya Mahasiswa dan Kesehatan Mental, Menembus Kabut Stres Akademik (2020), tekanan akademik dapat menyebabkan reaksi psikologis beragam, mulai dari kelelahan emosional hingga kehilangan arah dan motivasi, terutama ketika mahasiswa tidak memiliki sistem pendukung yang memadai.
Baca Juga: 3 Catatan Menarik Usai Laga Dewa United vs PSBS Biak, Serdadu Tridatu Bakal Terbang Bersama Persib
Dampak Psikologis yang Nyata
Tekanan yang terus-menerus dapat berdampak buruk pada kondisi psikologis mahasiswa. Gejala umum yang muncul meliputi: