BINGKAI NASIONAL – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Luwu Utara kembali menegaskan bahwa suara rakyat tidak boleh dibungkam.
Puluhan kader HMI bersama massa aksi menggelar demonstrasi menuntut keadilan bagi pekerja PT.Surya Sawit Sejahtera (SSS) pada Senin, 11 Agustus 2025.
Terdapat beberapa tuntutan yang dilayangkan HMI Cabang Luwu Timur meliputi kesejahteraan pekerja, penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), penghentian Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak tanpa pesangon.
Selain itu, massa aksi juga menuntut penghentian pencemaran lingkungan akibat limbah sawit.
Baca Juga: Viral Tarkam di Tegal Ricuh, Personel TNI Hingga Tersungkur saat Berusaha Melerai
Aksi ini dimulai dari Monumen Masamba Affair, lalu dilanjutkan dengan long march menuju gedung DPRD Luwu Utara. Sepanjang perjalanan, massa aksi mengumandangkan orasi yang menegaskan bahwa perjuangan di jalanan adalah bentuk sidang rakyat yang sah, ketika ruang formal gagal menyentuh hati nurani penguasa modal.
"Kami tidak hanya berorasi untuk hari ini, tetapi untuk masa depan. Untuk anak-anak yang kelak bertanya, apa yang kita lakukan saat ketidakadilan berdiri di depan mata." Kata Irsyad Al farizi selaku jendlap
"Kami datang bukan untuk didengar sesaat, tapi untuk memastikan bahwa suara buruh dan bumi akan terus menggema sampai perubahan nyata terjadi. Jika perusahaan menutup telinga, kami akan mengetuk pintu yang lebih keras," imbuhnya.
Baca Juga: Dedi Mulyadi Tak Larang Pengibaran Bendera One Piece, Asalkan Masyarakat Patuhi Hal Ini
Ironisnya, aksi ini digelar setelah adanya tantangan terbuka dari pihak PT. Surya Sawit Sejahtera (SSS) agar mahasiswa melakukan demonstrasi. Tantangan tersebut dijawab tegas oleh HMI Cabang Luwu Utara: mereka turun dengan puluhan massa, menguasai ruang publik, dan mengangkat suara yang mewakili jeritan buruh dan keluhan warga sekitar. Namun, ketika hari pelaksanaan tiba, pimpinan PT. SSS justru tidak hadir, membuktikan bahwa keberanian mereka hanya berhenti di mulut.
"Jalanan hari ini adalah ruang sidang kami. PT. Surya Sawit Sejahtera ( SSS) boleh bersembunyi di balik temboknya, tapi mereka tidak bisa bersembunyi dari suara rakyat. Kami datang membawa tuntutan yang sederhana: perlakukan buruh seperti manusia, bukan mesin, dan hormati bumi sebagai sumber kehidupan, bukan tempat sampah. Jika Kamis nanti tidak ada langkah nyata, kami akan perbesar gelombang ini. Jangan salahkan kami jika jalanan Luwu Utara menjadi lautan perlawanan." Ucap jendlap
Sementara itu wakil jenderal lapangan furqon menegaskan bahwa "Kami tidak menunggu belas kasihan, kami menuntut keadilan. Aksi ini adalah bukti bahwa rakyat bisa bicara lebih keras dari ruang rapat DPRD. Tantangan dari PT. SSS sudah kami jawab, tapi justru mereka yang lari dari kenyataan. Kami akan terus berdiri di sini, bersama buruh, bersama rakyat, sampai hak-hak mereka ditegakkan dan bumi kita diselamatkan dari kerakusan."
Massa aksi akhirnya hanya ditemui oleh beberapa anggota DPRD Luwu Utara. Dalam pertemuan tersebut, DPRD berjanji akan membuka ruang Rapat Dengar Pendapat (RDP) dan menghadirkan pimpinan PT. SSS pada hari Kamis mendatang. Bahkan, pihak DPRD menyatakan siap mengantarkan langsung surat resmi RDP kepada PT. SSS pada esok hari.