Kerajaan Mataram Islam Era Ini

photo author
- Senin, 1 Mei 2023 | 20:43 WIB
Bendera Mataram Islam (Ilustrasi: Inayubhagya/Wikipedia)
Bendera Mataram Islam (Ilustrasi: Inayubhagya/Wikipedia)

Raden Mas Said sangat tangguh dan susah untuk dikalahkan, bahkan Belanda pun menjulukinya dengan sebutan Pangeran Samber Nyowo.

Prinsip yang dipegangnya adalah Tiji Tibeh, Mukti Siji Mukti Kabeh, atau mati siji mati kabeh.

Karena Belanda dan Paku Buwono III sudah tidak kuat menghadapi serangan Raden Mas Said, Belanda menawarkan perjanjian damai dan menjanjikan kekuasaan untuk Raden Mas Said, dan disepakatilah sebuah Perjanjian Salatiga yang terjadi di daerah Salatiga.

Setelah mendapatkan tanah kekuasaan, Raden Mas Said kemudian mendirikan kerajaan yang diberinama Mangku Negoro, dengan dia sebagai pendiri sekaligus raja pertama dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adopati Aryo (KGPAA) Mangku Negoro.

Kerajaan ini adalah kadipaten yang mandiri, bukan kasunan ataupun kasultanan.

Kasultanan Yogyakarta juga mengalami perpecahan, tetapi perpecahannya tidak melalui peperangan layaknya peristiwa-peristiwa sebelumnya.

Kasultanan Yogyakarta memberikan kekuasaan kepada Pangeran Notokusumo sebagai raja pertama kadipaten Paku Alaman dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku Alam I, beliau merupakan anak Pangeran Mangkubumi atau Sultan Hamengku Buwono I. Kadipaten Paku Alam layaknya kadipaten Mangku Negoro dengan Kasunanan Surakarta.

Baca Juga: Mempertahankan Status Ningrat (Bangsawan) Di Tengah Demokratisasi

Perjalanan panjang telah dilalui oleh Mataram Islam sejak zaman Nusantara.

Setelah Indonesia merdeka dan memiliki pemerintahannya sendiri, empat kerajaan pecahan Mataram itu tetap memiliki eksistensi di mata rakyat Indonesia, walaupun keempatnya memiliki fungsi dan status yang berbeda.

Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kadipaten Mangku Negoro adalah pusat kebudayaan atau cagar budaya Jawa, sedangkan Kasultanan Yogyakarta Hadingrat dan Kadipaten Paku Alaman selain sebagai cagar budaya Jawa juga sebagai pusat pemerintahan yang memiliki strukur kepemerintahan daerah.

Sultan Hamengku Buwono dan KGPAA Paku Alam selain sebagai seorang raja yang memimpin kraton, juga bertindak sebagai gubernur dan wakil gubernur Provinsi Yogyakarta.

Berbeda dengan Sunan Paku Buwono dan KGPAA Mangku Negoro yang hanya menjadi pemimpin kraton saja.

Sejarah lebih lengkapnya dapat dilihat di beberapa literature tentang Babad Mataram.***

(Emil Maula)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Meidy Achmad Harish

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X