Bingkai Nasional - Kemah Adaptasi Bencana Indonesia (IDA Camp) #2, REMPUG Cianjur Bangkit, yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Kautsar Rabu s.d Jum'at (25-27/1/23), disebut-sebut sebagai Prototype Nasional Giat Ketahanan Terhadap Bencana, dan akan diduplikasi di Kota/Kabupaten lainnya di seluruh Indonesia.
Konsep IDA Camp yang akan diadapatasi di kota lain di seluruh Indonesia tersebut disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Jam'iyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah (JATMAN), Dr. K.H. Mashudi, M.Ag., dalam amanat apel penutupan IDA Camp 2, sekaligus pengukuhan Relawan Masyarakat Peduli Gempa (REMPUG).
Pada apel tersebut, Kiai Mashudi juga menegaskan, bahwa pihaknya mendukung serta mendoakan, lebih dari 100 relawan yang terdiri dari elemen santri, asatidz dan juga Kiai Pondok Pesantren se-Kabupaten Cianjur tersebut.
"Alhamdulillah, IDA Camp 2 ditutup dengan Pengukuhan REMPUG oleh Sekjend JATMAN. Terimakasih kami ucapkan untuk Tim Gabungan IDA, sakoladesa.id, Yayasan Lidzikri, Nuswantara muda, Forum Pondok Pesantren Kab. Cianjur, Forum UMKM Nuswantara (FUN) dan FUN Terapis_Herbalis, siagabencana.com, Koperasi JATMAN Subang Sejahtera, Sumedang Community, Masyarakat Kuliner Nuswantara (MAKAN), Masyarakat Kopi dan Tembakau Jawa Barat (MASKOBAR), GP Anshor Kab. Cianjur, Paguyuban Alumni Al-Azhar Mesir Jawa Barat (PAAM JABAR), Pos Gabungan Siaga Bencana Jawa Barat (POSGAB SB JABAR), FPRB, PMI, BPBD, serta semua stakeholders, tokoh dan elemen yang telah mendukung yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu." Tutur K.H. Fawaid Abdul Kuddus, Dewan Pimpinan Ponpes Al-Kautsar sekaligus juga Komandan REMPUG Cianjur Bangkit kepada Wartawan.
Baca Juga: IDA Camp dan JATMAN Cetak 100 Relawan Pelopor Adaptasi Bencana Indonesia
Fawa menyampaikan, bahwa pelaksanaan IDA Camp selama 3 hari ini, direspon dukungan dari banyak sekali pihak, serta diikuti oleh para peserta dengan sangat antusias.
"Sepanjang pelaksanaan IDA Camp, ponpes Al-Kautsar tidak berhenti menerima panggilan telepon. Para tokoh menyampaikan bahwa mereka telah lama menunggu acara seperti ini. Mereka juga mendukung dan bahkan meminta acara serupa dilaksanakan di tempat mereka masing-masing." Tutur Fawa.
Antusiasme ini, menurut Fawa, datang dari konsep IDA Camp yang menghimpun relawan dari kalangan santri, yang lalu dibekali dengan beragam keahlian dan pengetahuan dasar kebencanaan, untuk memperkuat peran santri di tengah-tengah masyarakat dan penyintas bencana, serta untuk menyelesaikan beragam masalah kebencanaan, mempercepat terjadinya Adaptasi Bencana Indonesia.
"Sejak dulu, Santri memiliki peran sangat besar dalam memerdekakan Indonesia. Hari ini, kami ingin mengembalikan marwah santri ke posisi tersebut, dengan menjadi yang terdepan dalam recovery Kab. Cianjur, serta yang terdepan dalam menciptakan Indonesia yang Adaptif terhadap bencana." Lanjut Fawa.
"Pendaftar IDA Camp #2 kali ini mencapai 2000an santri, yang lalu kami pilih menjadi 100an orang lebih yang dianggap mampu menjadi yang terdepan dalam upaya recovery Cianjur dan Adaptasi Bencana Indonesia. 100an santri ini telah kami didik dan kami uji dengan diterjunkan langsung ke lapangan, Alhamdulillah hasilnya sangat memuaskan." tambah Fawa.
Sementara itu, Ketua Tim Gabungan Indonesia Disaster Adaptive (IDA), dr. Ahmad Nurhadi, menegaskan bahwa pihaknya tidak akan berhenti bergerak sebelum Indonesia mampu benar-benar beradaptasi terhadap beragam potensi bencana yang secara tak terpisahkan, merupakan bagian dari resiko hidup di wilayah Ring of Fire ini.
"IDA Camp kami selenggarakan, atas kesadaran bahwa Indonesia berada di atas wilayah yang disebut sebagai Ring of Fire. Kesadaran akan resiko, serta perilaku adaptif, adalah dua hal yang wajib dimiliki untuk dapat bertahan hidup di wilayah seperti ini. IDA memiliki semboyan AKSI, yang berarti Advokasi dan Sosialisasi. Dengan dua misi tersebut, dan dengan penyelenggaraan Kemah Adaptasi Bencana yang berisi pelatihan keterampilan serta penanaman wawasan kebencanaan, yang diselingi games dan pengakraban menyenangkan, terbukti telah mampu menarik ribuan generasi muda Indonesia, untuk mengadopsi perilaku adaptif," tutur dr. Ahmad.
"IDA Camp ini juga diisi dengan silaturahmi dan ragam koordinasi lintas pemangku kepentingan dari seluruh elemen hexahelix: Akademisi, Bisnis, Komunitas, Media, Pemerintah dan Militer. Koordinasi ini menciptakan komitmen-komitmen adaptasi, yang insya Alalh akan melahirkan kolaborasi dalam giat Adaptasi Bencana Indonesia kedepannya." Tutur dr. Ahmad.
Baca Juga: Semeru Erupsi, Indonesia Disaster Adaptive Gelar Kemah Siaga Serukan Adaptasi Bencana
"Selain itu, Al-Kautsar dan para relawan juga telah terjun ke lapangan, menemui para penyintas dengan program seperti Ngopi Keliling (NGOPLING) dan Sakola Warga (SAWARGA). Dua program ini sangat dirindukan oleh para penyintas, terbukti dengan hadirnya 200an warga di setiap sesinya. FUN Terapis_Herbalis juga turut berkontribusi dengan pelayanan dan pelatihan Terapi Kesehatan Gratis untuk relawan dan Penyintas. IDA Camp menghadirkan ratusan relawan militan yang siap mengajak Indonesia untuk bersahabat dan beradaptasi dengan potensi bencana, Alhamdulillah jika ini dijadikan prototype nasional," Pungkas dr. Ahmad.***
Artikel Terkait
5 Penyebab Terjadinya Gempa Bumi, Mulai Dari Pergeseran Lempeng Bumi Hingga Aktivitas Manusia
Penyebab Gempa Cianjur: Bukan Sesar Cimandiri, LIPI Ungkap Sumber Sesar Belum Terpetakan
Bukan Sesar Cimandiri Saja, 4 Sesar Aktif di Jawa Barat Ini Bisa Jadi Pemicu Terjadinya Gempa
Sesar Lembang Memiliki Ancaman Gempa Hingga 6.8 SR, Warga Bandung Dan Sekitarnya Harus Waspada!
Mengenal 3 Wilayah Relokasi Korban Gempa Cianjur Yang Dinilai Lebih Aman
Ulang Tahun Ke-56, KBPA Salurkan Bansos Untuk Korban Gempa Cianjur