Bingkai Nasional - Pernikahan, sebuah institusi yang telah mengikat manusia selama berabad-abad, seringkali menjadi subyek perdebatan yang menarik.
Salah satu perdebatan yang muncul adalah apakah menikah karena cinta benar-benar merupakan fenomena modern.
Dengan melihat sejarah panjang pernikahan, kita dapat menjelajahi pergeseran dalam motif dan pandangan terhadap institusi ini dari masa ke masa.
Sejarah pernikahan mencatat bahwa manusia telah menjalani ikatan pernikahan sejak zaman kuno, jauh sebelum konsep cinta romantik seperti yang kita kenal hari ini menjadi faktor utama.
Pada masa-masa awal, pernikahan sering kali diatur untuk tujuan-tujuan praktis seperti menjaga keturunan, mempertahankan kekuasaan, mengamankan tanah dan sumber daya, serta memperluas wilayah kekuasaan.
Pada saat itu, pertimbangan emosional seperti cinta seringkali tidak menjadi faktor utama dalam pemilihan pasangan hidup.
Pada zaman dahulu, pernikahan sering diatur oleh orang tua atau pihak otoritas lainnya, dan pasangan tidak selalu memiliki kebebasan untuk memilih pasangan hidup mereka sendiri.
Konsep perasaan cinta tumbuh seiring waktu bersama, dipercaya bahwa cinta akan berkembang seiring dengan interaksi dan keterlibatan yang lebih banyak antara pasangan.
Jadi, pada pandangan orang zaman dahulu, menikah karena cinta mungkin bukanlah kebutuhan utama.
Bahkan pada abad ke-17, konsep jatuh cinta kepada pasangan hidup seringkali dianggap tidak pantas oleh beberapa budaya.
Persepsi ini tercermin dalam karya-karya sastra dan budaya populer pada masa itu, yang sering menyoroti konflik antara keterpautan emosional dan pertimbangan praktis dalam pernikahan.
Namun, pergeseran besar dalam pandangan terhadap pernikahan terjadi pada periode revolusi industri.
Revolusi industri membawa perubahan besar dalam masyarakat, termasuk dalam hal ekonomi dan kebebasan individual.
Seiring dengan meningkatnya kesempatan ekonomi bagi individu, orang-orang mulai memiliki kebebasan lebih besar dalam memilih pasangan hidup mereka sendiri.