“Aku mau balas dendam!” ucap Maira.
“Jangan, kata pak Ustadz, dendam itu nambah kita capek,” saran Febi.
“Tapi Jubaedah udah keterlaluan!”
Baca Juga: Cerpen: Baca Al-Kahfi Ala Pak Haji
“Kata Pak Ustadz, nabi yang paling mulia saja dihina, dilempari batu, tidak dendam. Jubaedah nggak lempari kamu dengan batu kan?”
“Tapi aku kesel sama dia! Aku udah gak mau sabar!”
“Ganti kata-kata negatif dengan yang positif. Aku tetap senang sama Jubaedah, aku akan selalu memaafkan Jubaedah. Sebut namanya,”
“Gak!”
“Nanti kamu rugi lho,” ucap Febi. “Ayo istighfar, tenangkan hati. Yakinlah Allah akan membuatmu menjadi lebih hebat.”
“Nggak!”
Baca Juga: Cerpen: Sahabat Mulai Dari Smp Lama Kelamaan Akan Bisa Menjadi Jodoh
“Kamu Pasti bisa. Kita umat muslim akan lebih suka memaafkan daripada membalas dendam,”
Maira diam berpikir. Dalam hati ia beristighfar. Ketenangan pun hadir perlahan.
“Bagus, kamu diam saja, perlahan-lahan ucapkan istighfar, bayangkan kebaikan Jubaedah yang lebih banyak daripada ketidakbaikannya,” ucap Febi dengan tenang.
Artikel Terkait
Cerpen: Tidak Terikat Logika
Cerpen: Berenang
Cerpen: PUASA RAMADHAN 1444 H
Cerpen: Ngabuburit Sambil Menikmati Al-Kahfi
Cerpen: PUASA TAPI GAK SHOLAT