Pandangan Bangsawan Eropa Zaman Dahulu Tentang Penyakit Hemofilia
Pada zaman dahulu, penyakit dianggap sebagai kutukan atau pertanda buruk.
Bangsawan Eropa, dengan kedudukan mereka yang tinggi dan kekuatan politik yang besar, sering kali mencoba menyembunyikan kelemahan atau penyakit dalam keluarga mereka.
Namun, hemofilia tidak dapat disembunyikan begitu saja.
Baca Juga: 5 Peninggalan Kerajaan Majapahit Yang Masih Eksis, Mulai Dari Candi Jabung Hingga Kitab Sutasoma
Sebagai penyakit genetik yang diwariskan melalui kromosom X, hemofilia lebih sering muncul pada laki-laki dan dapat terlihat melalui beberapa generasi.
Pandangan bangsawan Eropa terhadap penyakit ini sangat beragam.
Beberapa menganggapnya sebagai kutukan yang harus dihindari, sementara yang lain melihatnya sebagai ujian yang harus diatasi.
Penderita hemofilia sering kali diisolasi atau dijauhkan dari masyarakat, membuat mereka hidup dalam bayang-bayang rahasia keluarga.
Catatan Para Pengidap Penyakit Hemofilia dari Buku Sejarah Gelap para Raja dan Ratu Eropa
Buku "Sejarah Gelap para Raja & Ratu Eropa" membuka tabir rahasia kelam yang melibatkan penyakit hemofilia dalam keluarga kerajaan Eropa.
Dari catatan sejarah yang terungkap, tampak bahwa beberapa bangsawan Eropa terkena penyakit ini dan berusaha menyembunyikannya.
Salah satu catatan mencatat kasus hemofilia di antara keturunan Ratu Victoria dari Inggris.
Baca Juga: Kisah Inspiratif Raja Baldwin IV dan Salahuddin Al-Ayyubi Membuka Jalan Keadilan dan Penghargaan
Putra Ratu Victoria, Pangeran Leopold, diketahui menderita hemofilia dan mengalami banyak kesulitan dalam hidupnya.
Catatan sejarah menyebutkan betapa sulitnya hidup Pangeran Leopold karena perdarahan yang berulang, dan bagaimana keluarga kerajaan berjuang untuk menjaga rahasia ini dari publik.