Bingkai Nasional - Insiden pelecehan seksual terhadap gadis-gadis muda di Sleman telah mengejutkan sebuah keluarga di Indonesia.

Seorang gadis muda asal Sleman telah berhenti menghadiri pengajian dan menceritakan kepada ibunya bahwa dia telah dilecehkan secara seksual oleh gurunya, yang memiliki inisial K.

Keluarga terkejut mengetahui bahwa ada beberapa korban lain dari guru yang sama, dengan salah satu dari mereka dilecehkan seminggu sekali sejak 2016.

Pengacara korban, Petrus Iwan Setyawan, mengungkapkan bahwa awalnya, hanya ada empat korban, tetapi kemudian, ditemukan bahwa ada total 15 gadis muda yang telah mengalami pelecehan seksual.

Para korban telah dilecehkan sejak usia 11 tahun dan telah mengalami pelecehan seksual hingga 2022.

Pelaku menggunakan alasan untuk dapat mendeteksi aura "nila" korban dan mengancam mereka dengan mengklaim bahwa mereka dalam bahaya dan membutuhkan terapi.

Para korban, sebagai anak-anak, telah diintimidasi dan dipaksa untuk memenuhi tuntutan pelaku karena takut.

Dua korban telah menjalani perawatan psikiatri akibat trauma yang mereka alami.

Baca Juga: TPP, Pelaku Pelecehan Seksual di Universitas Gunadarma Yang Dipersekusi Akhirnya Lapor Polisi

Modus operandi pelaku adalah mengklaim bahwa ia dapat mendeteksi aura "nila" korban dan bahwa mereka membutuhkan terapi.

Dia kemudian akan mengintimidasi anak-anak dan mengancam mereka dengan membanting meja atau membuat gerakan tiba-tiba lainnya.

Para korban dipaksa untuk memenuhi tuntutannya karena mereka takut dan merasa terancam. Hasil pemeriksaan fisik mengungkapkan bahwa para korban telah mengalami kerusakan pada alat kelamin mereka.

Setelah penemuan korban pertama, beberapa orang lain maju dengan tuduhan pelecehan seksual.

Dari 15 korban, tidak semua dari mereka telah diperkosa, tetapi beberapa telah dilecehkan secara seksual, seperti disentuh di daerah sensitif.

Polisi diberitahu tentang insiden itu pada bulan Januari, dan tersangka ditangkap dan dituntut.