Ditahan Di Rusia Karena Membawa Narkoba, Brittney Griner: Maaf Yang Mulia Saat Itu Saya Buru-Buru

Bingkai Nasional - Bintang Bola Basket Wanita Amerika, Brittney Griner, mengaku bersalah atas kepemilikan narkoba yang ditemukan dalam kopernya saat di Bandara Sheremetyevo Moskow, Rusia pada bulan Februari lalu.

Brittney Griner mengaku bersalah dihadapan hakim dalam persidangan yang dijalaninya di Rusia pada hari Kamis 7 Juli 2022.

Brittney Griner mengaku jika ia tidak ada niat untuk melanggar hukum dengan membawa narkoba di dalam kopernya.

Baca Juga: Wajib Vaksin Booster Di Kota Bandung Akan Diberlakukan Lebih Cepat Dari Pemerintah Pusat

"Saya ingin mengaku bersalah yang mulia. Saya tidak ada niat untuk melangar hukum," kata Griner dalam bahasa Inggris yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia.

Griner mengaku jika saat itu ia sedang buru-buru sehingga tabung vape berisi liquid ganja terbawa olehnya saat akan melakukan penerbangan ke Rusia.

"Saya sedang buru-buru. Dan kartrid (tabung vape) itu secara tidak sengaja ada di koper saya," aku Griner seperti dikutip dari Aljazeera.

Griner ditahan di Rusia saat Rusia melakukan invasi ke Ukraina dan Amerika Serikat memberikan sanksi kepada Rusia.

Sebagai warga negara dan atlet Amerika Serikat yang meraih 2 medali emas pada Olimpiade bersama timnas Amerika Serikat, tentu Griner adalah aset bagi Amerika Serikat.

Namun, karena permusuhan yang terjadi akibat perang Rusia dan Ukraina. Pemerintah Amerika Serikat belum bisa memastikan Griner untuk dapat kembali ke Amerika Serikat dan memindahkan kasusnya ke Amerika Serikat.

Baca Juga: Sebelum Dilegalkan, Kenali Efek Samping Penggunaan Ganja Bagi Kesehatan

Kementerian luar negeri Rusia mengatakan jika Griner dapat mengajukan banding atau mengajukan grasi atas hukuman yang diberikan setelah putusan pengadilan nanti ditetapkan.

Meskipun Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov memperingatkan jika pengajuan yang dilakuan oleh Griner atau pemerintah Amerika Serikat tidak akan membuat keputusan berubah begitu saja.

"Upaya pihak Amerika untuk membuat keributan di depan umum, tidak membantu menyelesaikan masalah dengan praktis," ungkap Sergei Ryabkov.***