Harris juga menekankan bahwa struktur ekonomi Indonesia yang relatif tertutup, memberikan keuntungan tersendiri. Pasalnya, dengan volume perdagangan internasional yang hanya sekitar 39-41 persen terhadap PDB, Indonesia tidak terlalu rentan terhadap guncangan eksternal.
Baca Juga: Kepergian Sheila Amelia Mahasiswi UGM yang Menyisakan Luka Mendalam
Berbanding terbalik dengan negara-negara lain yang memiliki volume perdagangan terhadap PDB yang jauh lebih tinggi seperti Singapura sebesar 326 persen atau Vietnam sebesar 216 persen.
Harris menilai bahwa langkah yang dilakukan BI sangat krusial untuk menjaga stabilitas nilai rupiah. Meskipun harris juga mewanti-wanti agar BI tidak melakukan intervensi secara terus menerus, sebab akan berdampak pada ekspor negara.
"Nah apa sih peranan BI? Ya tentu menjaga kestabilan mata uang. Ya salah satunya lewat intervensi. Nah ketika sudah stabil di 16.700, BI tidak boleh terus-terusan intervensi. Nanti akibatnya rupiah terlalu kuat dan kita tahu dampaknya kalau rupiah terlalu kuat juga tidak bagus untuk ekspor,” ujar Politisi Fraksi PDI-Perjuangan tersebut.***
Artikel Terkait
Pelambatan Ekonomi Jadi Ancaman, DPR Minta Penerapan Tarif AS Disikapi Hati-Hati
Trump Usulkan Negosiasi Dengan Cina, Memilih Jalan Damai untuk Tarif Impor?
Para Menteri Ekonomi ASEAN Sikapi Tarif Impor AS, Begini Isi Pembahasannya
Pemerintah Indonesia dan Turki Dorong Kerja Sama Perdagangan dan Ekonomi, Airlangga: Sangat Penting Dilakukan
Presiden Prabowo Bawa Kabar Baik dari Qatar, 2 Miliar Dolar AS Bakal Masuk ke BPI Danantara