BINGKAINASIONAL.COM - Presiden AS Donald Trump mengumumkan untuk menerapkan tarif resiprokal dasar sebesar 32 persen terhadap Indonesia, keputusan itu disampaikan pada Kamis, 3 April 2025 waktu Jakarta.
Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute (TYI) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengapresiasi langkah Presiden Prabowo Subianto dalam merespon kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) terhadap Indonesia.
Baca Juga: Berjanji untuk Bantu Warga Gaza, Prabowo: Tapi Semampu Saya!
Hal tersebut disampaikan Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan itu dalam acara diskusi 'Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan dan Ekonomi Global' yang diselenggarakan TYI di Jakarta, Minggu, 13 April 2025.
AHY mengatakan bahwa dalam merespon kebijakan tersebut, Prabowo mengambil dua langkah diplomasi. Pertama, mengutus tim negosiasi ke Washington DC dan yang kedua menjalin komunikasi dengan pemimpin negara Asia serta para pemimpin negara dunia.
Menurut AHY langkah tersebut merupakan bentuk diplomasi strategis yang adaptif, langkah diplomasi yang tidak pasif namun juga tidak reaktif.
Baca Juga: PSU Pilbup Tasikmalaya Digelar Tanpa Pemutakhiran Data Pemilih, Ini Alasannya
"Inilah wajah diplomasi strategis yang adaptif dan juga tanggap. Diplomasi yang tidak reaktif tapi juga tidak pasif," kata AHY, dilansir dari akun Instagram pribadinya @agusyudhoyono, pada Senin 14 April 2025.
AHY menjelaskan bahwa kebijakan tarif tinggi Trump terhadap mitra dagang AS akan membuat negara-negara menjauhi dominasi AS dan membangun ekonomi baru sebagai bentuk perlawanan kolektif.
Selain itu, jika kebijakan Trump itu efektif, maka dunia justru akan semakin tunduk pada satu kekuatan besar yang semakin hegemonik yakni AS. Sehingga membawa dunia pada dua kutub yang ekstrem.
Baca Juga: Presiden Prabowo Umumkan Indonesia dan Turki Kolaborasi Buat film Sejarah Kerajaan Ottoman
Jika negara-negara yang terkena tarif tinggi memilih melakukan perlawanan terhadap AS dan membangun aliansi tandingan, menurut AHY hal itu akan mendorong dunia pada fragmentasi blok ekonomi-politik baru.
Aliansi baru ini menurutnya, bisa menjadi kekuatan yang saling bersaing tidak hanya dalam sektor perdagangan, namun juga dalam pengaruh strategis.
"Polarisasi ini bisa memperparah konflik regional yang sudah ada, termasuk yang tengah terjadi di kawasan Asia Pasifik," kata Ketua Umum Partai Demokrat itu.
Artikel Terkait
Diduga Main dari Belakang, Ridwan Kamil Segera Diperiksa dan Motornya Sudah Lebih Dulu Disita
Bantah Tuduhan Ade Sugianto Soal Pemalsuan Surat, Cecep: Saya Belum Ditegur Masalah Ini!
Sering Pelesiran ke Timur Tengah, Kali Ini Prabowo Resmi Berjabat dengan Presiden Mesir
Perkuat Kerja Sama Bilateral, Presiden Prabowo dan Emir Qatar Saksikan Penandatanganan MoU Dialog Strategis
PSU Pilbup Tasikmalaya Digelar Tanpa Pemutakhiran Data Pemilih, Ini Alasannya